Subang, Bisnistoday – Implementasi Sistem Resi Gudang (SRG) di Indonesia selama lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Pada tahun 2020–2024, nilai transaksi SRG rata-rata tumbuh sebesar 112%.
Sementara, pada tahun 2025, hingga 16 Juli, nilai transaksi Resi Gudang mencapai Rp583,84 miliar dengan nilai pembiayaan Rp285,9 juta yang disalurkan oleh tujuh lembaga pembiayaan bank maupun bukan bank, yaitu Bank BJB, Bank BRI, Bank BSI, Bank Aceh Syariah, Bank Kalsel, Bank Jatim, dan PT Kliring Perdagangan Berjangka Indonesia.
Hal itu disampaikan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Tirta Karma Senjaya saat pelepasan ekspor kopi dari gudang SRG Subang yang dikelola oleh Koperasi Produsen Gunung Luhur Berkah (KPGLB) ke Tiongkok, Senin (28/7).
”Pelaksanaan SRG telah mencakup 27 komoditas, baik komoditas pangan pertanian, perkebunan, perikanan dan pertambangan. Dari jumlah tersebut, pelaku usaha telah memanfaatkan SRG untuk penerbitan Resi Gudang atas 18 jenis komoditas, meliputi pertanian dan perkebunan (gabah, beras, jagung, kedelai, kopi, tembakau, kakao, gambir, lada, teh, bawang merah), peternakan (ayam karkas beku), kelautan perikanan (ikan, rumput laut, garam) dan pertambangan dan industri (timah, rotan, gula,” kata Tirta.
Tirta mengatakan penerbitan Resi Gudang telah dilaksanakan di 138 kabupaten/kota yang tersebar di 25 provinsi di Indonesia. Ia menyebutkan gudang SRG Subang dapat menjadi panutan bagi gudang SRG di wilayah lain dalam mendorong optimalisasi pemanfaatan SRG guna mendukung perluasan ekspor komoditas SRG di Indonesia.
Beragam upaya dapat dilakukan untuk mengoptimalkan SRG, di antaranya dengan penguatan kompetensi pengelola gudang yang profesional, revitalisasi gudang SRG, pengembangankomoditas yang disimpan di gudang, serta peningkatan literasi kepada petani/nelayan.
Sebelumnya, Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti Widya Putri mengatakan SRG bukan hanya sekadar instrumen tunda-jual dan pembiayaan, tetapi juga pemberdayaan dan penguatan daya saing perdagangan komoditas Indonesia di pasar global.
Wamendag mengemukakan SRG bukanlah sekadar solusi domestik, tetapi menjadi jawaban strategis Indonesia terhadap sinyal pasar global yang jelas, yaitu kebutuhan akan mitra dagang yang andal. Bagi mitra dagang dan importir, SRG merupakan jaminan kepercayaan (seal of trust), baik kualitas dan kuantitas komoditas karena komoditas di gudang SRG melalui uji mutu sebelum penyimpanan.
